Jumat, 13 September 2013

CONTOH,TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN-KESLING-SKM

MAKALAH
KOKMUNIKASI KESEHATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SANRISE PRAMANA
NIM : 1111192570


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan interaksi antara satu dengan yang lain. Alat interaksi itu secara akumulatif lazim disebut ‘komunikasi’. Yaitu hubungan  ketergantungan {interdependensi} antar manusia baik secara individu maupun secara kelompok. Karena itu di sadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian penting (urgent) dari kehidupan manusia. Urgensitas komunikasi pada satu sisi bahkan menjelma menjadi prasarat tersendiri dari keberadaan manusia sebagai mahluk sosial. 
Sementara pada sisi lain, para pakar berkeyakinan bahwa sesungguhnya manusia telah berkomunikasi dengan lingkungannya semenjak ia dilahirkan. Gerak dan tangis pertama tatkala manusia menapak fase kelahiran sesungguhnya merupakan pertanda bahwa manusia telah mulai dapat berkomunikasi. Ketika manusia telah dapat memfungsikan panca inderanya secara sadar, saat itu pula membutuhkan perhatian dari lingkungan dan manusia lain disekitarnya. Bahkan tak jarang, untuk mendapatkannya, manusia mempergunakan berbagai cara.
Pada proses komunikasi dengan menggunakan symbol/isyarat yakni pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu. Kalau konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling bergantung satu sama lain.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini mengenai :
1.      Pengertian komunikasi,
2.      komuniksi sebagai simbolik dan
3.      komuikasi sebagai sistem.

C.      Tujuan
Tujuan khusus :
1.     Mengetahui pengertian komunikasi
2.     Mengetahui proses komunikasi sebagai simbolik
3.     Mengetahui proses komunikasi sebagai system
Tujuan umum :
1.         Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2.        Mempengaruhi perilaku seseorang
3.        Mengungkapkan perasaan
4.        Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5.        Berhubungan dengan orang lain
6.        Menyelesaian sebuah masalah
7.        Mencapai sebuah tujuan
8.        Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9.        Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Dr. Evert Kleinjan menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society (Struktur dan Fungsi Komunikasi dalam Masyarakat). Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui canel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
B.       Komunikasi Sebagai Simbolik
Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambing-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.
Seorang penyair yang mengagumi sekuntum bunga, akan mengeluarkan pernyataan lewat bahasa “alangkah indahnya bunga ini”, ataukah seorang polisi lalu lintas yang tidak bias berdiri terus dipersimpangan jalan, peranannya dapat digantikan lewat rambu-rambu jalan atau lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Simbol merupakan hasil kreasi anusia dan sekaligus menunjukan tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu member arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.
Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
a.       Komunikasi Verbal
1.     Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a.      Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.      Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.      Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.      Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.      Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.       Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
  Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
  Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
  Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
b.       Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
1.      Klasifikasi pesan nonverbal
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
  • Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:
a.      Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk;
 b.      Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan;
c.      Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi;
d.      Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
  • Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
  • Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
  • Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
  • Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2.      Fungsi pesan nonverbal
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
1.      Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
2.      Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
3.      Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
4.      Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
5.      Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
C.      Komunikasi Sebagai Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani, sistema, yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian. Serupa dengan pendapat Shrode dan Voich, Littlejohn(1999) mengartikan sistem sebagai seperangkat hal-hal yang saling mempengaruhi dalam suatu lingkungan dan membentuk suatu keseluruhan (sebuah pola yang lebih besar yang berbeda dari setiap bagian-bagiannya).
Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran atau dengan kata lain seperangkat komponen yang salin bergantung satu sama lain. Suatu sistem senantiasa memerlukan sifat-sifat yakni meneluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif dan memiliki tujuan.
Menyeluruh berarti semua komponen yang membangun sistem itu merupakan satu kesatuan yang integrative yang tidak dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya semua komponen saling berinteraksi.
Saling bergantung berarti mengikuti aturan permainan yang ada. Di sini sistem harus melakukan control atau pengawasan terhadap berfungsi tidaknya semua komponen itu dalam menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis.
Karena ia melakukan control terhadap semua komponen yang mendukungnya, tidak ada jalan lain kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemampuan adaptif dengan mengandalkan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Artinya, jika salah satu komponenya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti sistem harus dilihat secara menyeluruh (totalitas) dan bukannya terpisah satu sama lain.
Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas du macam. Yakni sistem terbuka (open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah sistem dimana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya, sedangkan sistem yang tertutup adalah sistem dimana prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
Konsekuensi sistem terbuka dan sistem tertutup dinyatakan oleh Bertlanfy (1963) bahwa peristiwa yang banyak mendapat pengaruh dari luar (sistem terbuka) hasilnya sering kali sulit di antisipasi, sedangkan sistem tertutup dapat diantisipasi sebelumnya.
Kalau konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling bergantung satu sama lain.
Jadi, proses proses tidak akan terjadi bilamana salah satu komponenya terabaikan. Pesan tidak akan tercipta tanpa sumber, efek tidak aka ada tanpa pesan, umpan balik ada karena adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya sumber.
Proses seperti ni menciptakan suatu struktur yang sistematis dimana semua unsur atau komponen yang saling berurutan, yakni sumber harus mendahului pesan dan pesan harus mendahului saluran dan seterusnya. Perubahan struktur akan member pengaruh jalannya sistem yang berjalan. Keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya akan melahirkan suatu putaran umpan balik (feedback loops) dan hasilnya merupakan kerja sama dari semua komponen yang ada (synergic).   
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh  pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi.
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal).
Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
Komunikasi sebagai sistem dapat diartikan sebagai usaha memahami komunikasi dengan pendekatan sistem.
B.       Saran
Dalam menyampaikan informasi harus memperhatikan lawan bicara atau penerima informasi, baik dari segi usia, pengetahuan, situasi dan kondisi waktu penyampaiannya, agar dengan begitu pesan atau informasi yang kita sampaikan mendapat balasan yang positif dan memusat.

DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Sutrimo, Sistem Komunikasi Indonesia, hands-out, Fisip Unas, 2005
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertian-komunikasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar