MAKALAH
METODE PENELITIAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SANRISE PRAMANA
NIM : 1111192570
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia
diberi oleh Allah akal yang berguna unuk berfikir. Berfikir adalah upayamanusia
untuk memperbaiki dirinya baik dihadapan Allah maupun manusia , sebab
denga proses berfikir mnusia akan cederung terlihat bijaksana dalam
menyelesaikanmasalahnya.Keinginan untuk menjadi cerdas dari yang adalah wajar.
Karena itu manusiaselalu ‘mencoba-coba’ apakah hal itu sesuai dengan
pemikirannya atau tidak. Kita semuafaham bahwa sesungguhnya ,makanan bagi akal
kita adalah sepiring akal dan segelasnasihat. Dengan itu, manusia akan selalu
merasa ditinya ‘kan selalu dalam kebaikan.Demi menunjang ketercapaiannya itu,
maka adakalanya kita butuh apa yangdisebut dengan
A.
penelitian
Penelitian memiliki maksud untuk
menjadi lantaran bagi jalankita dalam membuat suatu rancangan dasar bagi
pemahaman kita. Kita tidak akanmengerti ataupun memahami jikalau kita tidak
berusaha untuk meneliti masalah atau halitu. Penelitian memiliki bermacam-macam
jenis seperti yang akan kami jelaskan. Semogaini tidak membosankan dan dapat
membuka wawasan kita tentang penelitian tersebut.
B.Rumusan Masalah
1. Sebutkan
Jenis-jenis penelitian ?
2. Bagaimana
konsep penelitian menurut tujuannya ?
3. Bagaimana
konsep penelitian menurut pendekatannya ?
4. Bagaimana
konsep penelitian menurut bidang keilmuannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. APAKAH
PENELITIAN ITU
Secara
etimologi penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research,
yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa
sumber lain menyebutkan bahwa research berasal dari bahasa Perancis recherche.
Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.
Banyak para ahli telah
mendefinisikan penelitian sesuai dengan pengetahuan dan bidang keilmuan mereka,
salah satu yang cukup populer adalah menurut Webster’s New Collegiate
Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan
bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan
menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah
diterima”.
Berikut ini akan dikemukakan
definisi lain dari beberapa ahli mengenai penelitian:
1.
Suatu metode
studi melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut (Hilway,
1956).
2.
Suatu metode
untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical
thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap
masalah, merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan
untuk menentukan kecocokan dengan hipotesis. (Woody, 1927).
3.
Pencarian
atas sesuatu (inquiry) secara sistematis terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
(Parson, 1946).
4.
Pencarian
fakta menurut metode obyektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta
dan menghasilkan dalil atau hukum (John, 1949).
5.
Percobaan
yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru (Nazir, 1988)
6.
Kerjasama ilmiah
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka
memperoleh informasi/temuan/produk baru melalui metodologi yang berkaitan erat
dengan satu atau beberapa disiplin ilmu. (Depdiknas RI)
Dari definisi tersebut di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penelitian adalah suatu studi ilmiah
yang dilakukan secara sistematis, kritis dan objektif untuk memecahkan
permasalahan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi-definisi penelitian yang
diungkapkan di atas menunjukkan penelitian yang menggunakan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah
umumnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut (Davis &
Cosenza, 1993: 37)
·
Kritis dan analitis: artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat
untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
·
Logis: artinya
dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional
berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
·
Testabiity: artinya
penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistik yang
menggunakan data yang dikumpulkan.
·
Obyektif: artinya
dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama
pula.
·
Konseptual dan Teoretis: artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori
agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
·
Empiris: artinya
metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
·
Sistematis: artinya
mengandung arti suatu prosedur yang cermat.
·
Suatu penelitian dikatakan
penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria berikut :
·
Menyatakan
tujuan secara jelas.
·
Rigor
(kokoh): penelitian ilmiah menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara
hati-hati (prudent) dengan keakurasian yang tinggi. Basis teori dan rancangan
penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian ilmiah.
·
Menggunakan
landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan.
·
Mengembangkan
hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan
data.
·
Mempunyai
kemampuan untuk diuji ulang (replikasi).
·
Memilih data
dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang
sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat
diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian
menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga hasil
penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi.
·
Menarik
kesimpulan dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan
hasil dan konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif
peneliti.
·
Melaporkan
hasilnya secara parsimony (simpel), yaitu penelitian ilmiah mempunyai kemudahan
di dalam menjelaskan hasil penelitiannya.
·
Temuan
penelitian dapat digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji
ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda.
B.
Jenis – Jenis
Penelitian
Metode
penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan
kegunaantertentu.
Ciri ilmiah :
•
Rasional
•
Empiris
•
Sistematis
Syarat data
untuk penelitian :
•
Valid
(derajat ketepatan)
•
Reliabel
(derajat konsistensi/keajegan)
•
Objektif
(interpersonal agreement)
•
Data
yang valid maka reliabel dan objektif, tetapi tidak sebaliknya.
Data valid
diperoleh dengan cara :
•
Menggunakan
instrumen penelitian yang valid.
•
Mengunakan
sumber data yang tepat dan cukup jumlahnya.
•
Menggunakan
metode pengumpulan data yang tepat/benar
Data reliabel
diperoleh dengan cara :
1.
Menggunakan
instrumen penelitian yang reliabel.Data objektif diperoleh dengan cara :
• Menggunakan sampel atau sumber data yang
besar (jumlahnya mendekati populasi).Untuk memahami masalah jenis-jenis dan
konsep dari penelitian , maka kami berikanrinciannya sebagai berikut:
A.Menurut Tujuan
1. Penelitian
Eksploratif Bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang
sebab-sebab dan hal-hal yangmempengaruhi terjadinya sesuatu.
2. Penelitian
PengembanganBertujuan untuk menemukan dan mengembangkan suatu prototipe baru
atau yang sudah adadalam rangka penyempurnaan dan pengembangan sehingga
diperoleh hasil yang lebih produktif,efektif dan efisien.
3. Penelitian
Verifikatif Bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang
dilakukan terdahulu/ sebelumnya
B. Menurut
Pendekatan
4. Penelitian
Longitudinal (Bujur)Penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan melalui
proses dan waktu yang lama terhadapsekelompok subjek penelitian tertentu
(tetap) dan diamati/diukur terus menerus mengikuti masa perkembangannya
(menembak beberapa kali terhadap kasus yang sama).
5. Penelitian
Cross-Sectional (Silang)Penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan melalui
proses kompromi (silang) terhadap beberapa kelompok subjek penelitian dan
diamati/diukur satu kali untuk tiap kelompok subjek penelitian
tersebut sebagai wakil perkembangan dari tiap tahapan perkembangan
subjek (menembak satu kali terhadap satu kasus.
C. Menurut
Bidang Ilmu
Secara
umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan antara ilmu-ilmu dasar dan
ilmu-ilmuterapan.Termasuk kelompok ilmu dasar, antara lain ilmu-ilmu yang
dikembangkan difakultas-fakultas MIPA (Mathematika, Fisika, Kimia, Geofosika),
Biologi, dan Geografi.Kelompok ilmu terapan meliputi antara lain: ilmu-ilmu
teknik, ilmu kedokteran,ilmuteknologi pertanian. Ilmu-ilmu dasar dikembangkan
lewat penelitian yang biasa disebutsebagai “penelitian dasar” (basic research),
sedangkan penelitian terapan (applied research)
menghasilkan
ilmu-ilmu terapan. Penelitian terapan (misalnya di bidang fisika
bangunan)dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar (misal: fisika). Oleh para
perancang teknik,misalnya, ilmu terapan dan ilmu dasar dimanfaatkan untuk
membuat rancangan keteknikan(misal: rancangan bangunan). Tentu saja, dalam
merancang, para ahli teknik bangunantersebut juga mempertimbangkan hal-hal lain,
misalnya: keindahan, biaya, dan sentuhan budaya. Catatan: Suriasumantri
menamakan penelitian dasar tersebut di atas sebagai“penelitian murni”
(penelitian yang berkaitan dengan “ilmu murni”, contohnya: Fisika teori).Pada
perkembangan keilmuan terbaru, sering sulit menngkatagorikan ilmu
dasar dibedakan dengan ilmu terapan hanya dilihat dari fakultasnya saja.
Misal, di Fakultas Biologidikembangkan ilmu biologi teknik (biotek), yang
mempunyai ciri-ciri ilmu terapan karenasangat dekat dengan penerapan ilmunya ke
praktek nyata (perancangan produk). Demikian juga, dulu Ilmu Farmasi
dikatagorikan sebagai ilmu dasar, tapi kini dimasukkan sebagai ilmuterapan
karena dekat dengan terapannya di bidang industri. Karena makin banyaknya
hal-hal yang masuk pertimbangan ke proses perancangan/perencanaan, selain
ilmu-ilmu dasar danterapan, produk-produk perancangan/perencanaan dapat menjadi
obyek penelitian. Penelitianseperti ini disebut sebagai penelitian evaluasi (evaluation
research).
karena mengkaji danmengevaluasi produk-produk
tersebut untuk menggali pengetahuan/teori “yang tidak terasa”melekat pada
produk-produk tersebut (selain ilmu-ilmu dasar dan terapan yang sudah
adasebelumnya).Bila tidak melihat apakah penelitian dasar atau terapan, maka
macam penelitian menurut bidang ilmu dapat dibedakan langsung sesuai macam
ilmu. Contoh: penelitian pendidikan, penelitian keteknikan, penelitian ruang
angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran,keolahragaan, dan sebagainya.
C.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian bisa memiliki dua tujuan yaitu:
1. Untuk memecahkan permasalahan saat
ini dalam lingkungan kerja disebut dengan riset terapan (applied research). Perusahaan
yang melakukan riset terapan biasanya akan membayar peneliti atau konsultan
guna meneliti permasalahan yang mereka hadapi untuk memecahkan masalah.
Hasil-hasil riset terapan akan digunakan:
2. Penelitian Evaluasi (evaluation research) adalah
penelitian yang digunakan sebagai dasar pemilihan dari berbagai
alternatif tindakan untukpengambilan keputusan bisnis
3. Penelitian dan Pengembangan (research and development) adalah
penelitian yang digunakan untuk pengembangan produk baru atau pengembangan
proses untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas.
4. Penelitian aksi atau tindakan:
bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan atau pendekatan baru dan memecahkan
masalah tertentu
5. Untuk memberikan kontribusi terhadap
ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan fokus yang diminati
oleh peneliti disebut dengan riset dasar (basic research /fundamental research). Riset ini ditujukan
untuk memahami lebih jauh fenomena-fenomena yang terjadi dan bagaimana
permasalahan dalam perusahaan-perusahaan dan industri tersebut dapat
dipecahkan. Riset tipe ini juga ditujukan untuk membangun teori.
6. Penelitian
Deduktif: tipe
penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesa melalui validasi teori atau
pengujian applikasi teori pada keadaan tertentu
7. Penelitian
Induktif: bertujuan
untuk mengembangkan teori atau hipotesa melalui pengungkapan fakta.
Penekanannya pada kebenaran dan realitas fakta.
D.
PENELITIAN ILMIAH
Penelitian ilmiah mempunyai tujuan untuk memecahkan
permasalahan dengan cara bertahap, terorganisir, menggunakan metode yang kuat
untuk mengidentifikasi problem, mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga
dapat dibuat suatu kesimpulan yang valid. Kerlinger mendefinisikan penelitian
ilmiah adalah sebagai penyidikan yang sistematis, terkontrol , empiris dan
kritis fenomena-fenomena alami, dengan dipandu teori dan hipotesis-hipotesis
tentang hubungan yang diduga terdapat antara fenomena-fenomena itu.
1.
Menyatakan tujuan secara Jelas
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah menjawab permasalahan atau pertanyaan
penelitian. Perumusan masalah seringkali dinyatakan sebagai
langkahpentu dalam proses penelitian yang baik.
2.
Menggunakan landasan teoritis dan metode
pengujian data yang relevan
Penelitian ilmiah menggunakan teori-teori yang kuat
dan baik sebagai landasan untuk menjawab masalah atau pertanyaan
penelitian. Penelitian ilmiah juga memerlukan penerapan metode pemilihan,
pemgumpulan dan analisis data yang relevan untuk menjawab masalah atau
pertanyaan penelitian
3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji kebenarannya dengan didasarkan
atas telaah teori atau berdasarkan pengungkapan data
Penelitian ilmiah dapat mengembangkan hipotesis dengan
pendekatan deduktif yaitu
pengembangan hipotesis melalui telaah teoritis serta pendekatan induktif yaitu pengembangan
hipotesis melalui pengumpulan fakta-fakta yang ada.
4.
Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang
(replikasi)
5.
Memilih data dengan presisi
Data yang dikumpulkan adalah
benar-benar data yang representatif atau dapat mencerminkan kondisi yang
sebenarnya
6.
Menarik kesimpulan secara objektif
Kesimpulan selalu didasarkan pada
hasil analisis data yang objektif
7.
Menghasilkan penelitian yang memiliki
kemampuan untuk digeneralisasi
Hasil penelitian dalam arti
temuan penelitian dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas
8.
Menjelaskan fenomena secara sederhana
(parsimony) sehingga penelitian menjadi lebih terfokus
Laporan
penelitian sebaiknya menjelaskan fenomena atau masalah penelitian secara
sederhana dan terfokus atau parsimony. Sederhana bukan berarti mengurangi
penjelasan mengenai masalah dan tidak memperhatikan faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi masalah tersebut, tetapi penjelasan yang terlalu berlebihan akan
mengaburkan focus maslah dan argumentasi ilmiah yang digunakan untuk menjawab
masalah penelitian tersebut.
Sedangkan
Davis (1993) menyatakan karakteristik suatu metode ilmiah sebagai berikut:
1. Bersifat kritis & analistis, artinya metode
menunjukkan adanya proses yang tepat dan benar untuk mengidentifikasi masalah
dan menentukan metode untuk pemecahan masalah tersebut.
2. Bersifat Logic artinya adanya metode yang
digunakan untuk memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara
rasional didasarkan pada bukti-bukti yang tersedia.
3. Bersifat obyektif, artinya obyektivitas itu menghasilkan penyelidikan
yang dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang
sama pula.
4. Bersifat konseptual dan teoritis; oleh karena itu, untuk
mengarahkan proses penelitian yang dijalankan, peneliti membutuhkan
pengembangan konsep dan struktur teori agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai
didasarkan pada kenyataan / fakta di lapangan.
E.
Memilih Masalah Penelitian
Seperti telah disebutkan sebelumnya,
bahwa bila kita akan melakukan penelitian, pertanyaan yang penama-tama harus
dijawab adalah masalah apa yang layak untuk diteliti. Di bidang kesehatan atau
kedokteran banyak masalah yang memerlukan penelitian, tetapi yang mana yang
layak dilakukan penelitian? Untuk memilih masaiah yang layak dan relevan
diteliti, di bawah ini akan diuraikan beberapa kriteria pemilihan masalah
penelitian, antara lain:
1. Masih
Baru
Pengertian ‘baru’ di sini maksudnya ialah masalah
penelitian tersebut belum pernah diungkap atau dilakukan penelitian oleh orang
lain. Dengan kata lain, masalah tersebut masih hangat-hangatnya di masyarakat.
Hal ini penting agar tidak terjadi usaha yang sia-sia, karena sudah pernah
dilakukan oleh orang lain. Di sinilah perlunya banyak membaca literatur atau
hasil-hasil publikasi penelitian lain atau diskusi dengan pihak-pihak lain.
Tanpa banyak membaca, kita tidak tahu apakah masalah penelitian kita sudah
dijawab oleh penelitian lain atau belum.
2. Aktual
Masaiah penelitian yang aktual di sini diartikan
masalah tersebut benar-benar terjadi atau berlangsung di dalam masyarakat. Masalah
penelitian tidak boleh mengawang atau tidak berpijak pada kenyataan masyarakat.
Hal ini juga berarti bahwa masalah tersebut harus menjadi masalahnya
masyarakat. bukan masalahnya peneliti. Untuk memperoleh masalah yang aktual
ini, penulis harus banyak melakukan kunjungan lapangan, berdialog dengan
masyarakat atau dengan ahli-ahli yang bersangkutan dengan. bidang yang akan
diteiti.
3. Praktis
Suatu penelitian untuk kepentingan apa pun dan jenis
penelitian apa pun selalu memerlukan sumber daya, baik tenaga. pikin dan waktu.
Untuk itu masalah penelitian tersebut harus mempunyai nilai yang praktis;
artinya, hasil penelitian harus dapat menunjang kegiatan praktis. Masalah yang
tidak mempunyai kepentingan praktik tidak layak untuk diangkat menjadi masalah
penelitian, sebab hanya merupakan suatu pemborosan atau penghamburan sumber
daya saja.
4. Memadai
Masalah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian
harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu
sempit. Masalah yang terlalu luas akan menghasilkan penelitian yang jelas, dan
juga akan memakan sumber daya yang besar. Sebaliknya masalah yang terlalu
sempit akan menghasilkan sesuatu yang kurang berbobot. Oleh sebab itu masalah
harus dibatasi. Disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia
meskipun tidak terlalu sempit. Dengan kata lain, masalah yang akan diangkat
menjadi masalah penelitian tersebut harus memadai.
5. Sesuai
dengan Kemampuan Peneliti
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus
mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan ditelitinya.
Apabila ia tidak mempunyai kemampuan-kemampuan tersebut barang tentu hasil
penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi ilmiah
(akademis) maupun praktik yang akan meneliti di bidang kesehatan atau
kedokteran, dengan sendirinya haris menguasai pengetahuan tentang kesehatan dan
kedokteran.
6. Sesuai
dengan Kebijakan Pemerintah.
Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan
pemerintah, undang-undang pemerintah, ataupun adat istiadat masyarakat, tidak
dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Sebab masalah-masalah ini di samping
bertentangan dengan kebijaksanaan tersebut, juga dapat mengundang kekuatan
sosial maupun politik yang dapat merintangi dan menghambat jalannya penelitian.
7. Ada yang
mendukung
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa penelitian apa
pun memerlukan biaya dan biaya ini biasanya dapat diperoleh dari
instansi-intansi pendukung atau sponsor, baik swasta maupun pemerintah. Agar
penelitian tersebut dapat dibiayai oleh sponsor, maka masalah yang dipilih
harus disesuaikan dengan masalah yang dirasakan oleh para sponsor tersebut.
Kriteria-kriteria ini bukanlah kriteria untuk memilih
topik penelitian, tetapi kriteria untuk memilih masalah yang akan dijadikan
titik tolak untuk meneliti. Dengan dipilihnya masalah penelitian yang
berdasarkan kriteria tersebut diharapkan akan menghasilkan kegiatan penelitian
yang relevan dengan kebutuhan program di bidang yang bersangkutan.
F.
PENJELASAN RAGAM
dan KONSEP PENELITIAN
G.
KEPEKAAN TERHADAP MASALAH PENELITIAN
H.
Kepekaan
terhadap masalah penelitian Dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
1. Profesi
Profesi atau
bidang pekerjaan seseorang dapat menjadi sumber minat untuk melakukan
penelitian.
Contoh: bidan
yang bekerja di klinik akan lebih menyukai dan tertarik meneliti tentang
kejadian yang sering dialami, misalnya: pemeriksaan kehamilan, persalinan, dll.
2. Spesialisasi
Keahlian khusus
seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih peka terhadap masalah yang
berkaitan dengan keahliannya.
Contoh: bidan
yang selalu menolong persalinan, pasti dapat mengetahui lebih dalam tentang
fisiologi dan patologi ibu bersalin. Sehingga dapat diidentifikasi masalahnya.
3. Akademis
Jenjang pendidikan berpengaruh
terhadap terhadap kajian masalah yang diambil. Semakin tinggi jenjang
pendidikannya maka semakin dalam kajian masalahnya.
4. Kebutuhan dan Praktik Kehidupan
Sehari-hari
Dengan menaruh perhatian terhadap
kebutuhan serta dari pengalaman kehidupan sehari-hari,dapat menimbulkan
kepekaan akan masalah. Seseorang yang secara saksama memperhatikan kebersihan
anaknya sendiri atau anak tetangganya, kebersihan lingkungannya dan
sebagainya,akan membantu dalam melihat berbagai masalah kesehatan. Hal ini
sudah barang tentu dapat meningkatkan kepekaannya terhadap masalah.
5. Pengalaman lapangan
Seseorang yang
mempunyai banyak pengalaman lapangan akan menambah kepekaannya terhadap masalah
di bidangnya.
Contoh: Bidan
yang sudah bekerja selama puluhan tahun di klinik, pasti menemukan banyak
kesenjangan antara teori dan fakta di lapangan.
6. Bahan bacaan atau kepustakaan
Membaca dapat
meningkatkan wawasan seseorang dan menambah pengetahuan sehingga pola berpikir
kritisnya akan semakin berkembang.
7. Diskusi ilmiah
Diskusi ilmiah
juga dapat meningkatkan kepekaan terhadap persoalan yang ada.
Contoh: diskusi
antara mahasiswi kebidanan dengan bidan berpengalaman atau dosen kebidanan
sehingga dapat diperoleh masalah.
Seperti yang
sudah disinggung di atas mengenai jenis-jenis penelitian :
Kami sedikit akan mengulas konsep yang
ada di dalamnya dan beberapa hal yang berkaitan denganya.
1.
Penelitian
Eksplorasi
Penelitian eksploratori (exploratory dalam
istilah “lama” disebut penelitianeksploratif), merupakan salah satu pendekatan
dalam penelitian (kadang disebut puladengan desain penelitian). Pendekatan
(desain) penelitian lainnya (selain eksploratori)adalah penelitian deskriptif,
dan penelitian kausal.Penelitian eksploratori, menurutKotler, adalah
“penelitian yang bertujuan menghimpun informasi awal yang
akanmembantu,upaya
menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis antara lain :
Sebagai contoh, seorang
petugas pemasaran (peneliti) telah mendengar berita tentang adanya
teknologi internet baru yang bisa membantu pihak-pihak yang berkompetisi
di dunia pemasaran, tetapi si petugas pemasaran tersebut belum akrab
(kenal, paham) benar dengan peralatan teknologi (Arikunto, S.)
2. Objek penelitian
eksploratori
Istilah untuk menyebut sifat-keadaan
topik/masalah penelitian eksploratori sepertidisebutkan di atas itu
bermacam-macam, antara lain:
a Topic is not
wellunderstood (topicbelumdiketahui)
b. She
doesn’t know enough about (something yang bersangkutan/peneliti belum
tahu benar mengenainya/sesuatu yangakan diteliti).
c. persoalanatau
masalah yang sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali hasil-hasil
penelitianterdahulu yang bisa dijadikan rujukan mengenainya
d. hardly
anything is known about the matter at the outset of the project (sejak
awal proyek penelitian hampir-hampir tiada sesuatu apapun yang diketahui
mengenai masalahyang akan diteliti itu)
Apabila yang menjadi tujuan utama
penelitian adalahmemperoleh pengetahuan yang mendalam (misalnya "menemukan
sesuatu yang belumdiketahui") mengenai sesuatu masalah/hal/objek penelitian,
maka pendekatan penelitianeksploratorilah yang paling tepat digunakan].Dari
beberapa penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa apabila
penelitian- penelitian “kuantitatif-positivistik yang bersifat
“mengukur-ukur” dan “uji hipotesis”dimulai dari adanya sesuatu “masalah” (yang
diidentifikasi lewat membaca literatur,membuka-buka dokumen–data statistik dsb,
atau pengamatan selintas–lewat wawancaradsb), lalu membatasi masalah yang akan
diteliti (salah satu atau beberapa dari sekianmasalah yang sudah teridentifikasi
tersebut), kemudian dipertanyakan dipermasalahkan(kenapa, apa penyebab dsb)
yang dirumuskan sebagai “rumusan masalah” (dalamkalimat tanya), penelitian
eksploratif tidak mulai dengan langkah (desain) seperti itu.Penelitian
eksploratif mulai dari “ketidaktahuan” akan sesuatu fenomena yang
menarik untuk, atau perlu, diteliti.3. Langkah penelitian eksploratori
konvensionalDi atas disebutkan bahwa ada perbedaan disain antara penelitian
eksploratori dandeskriptif, yaitu dalam hal penelitian eksploratori tahapannya
tidak sebaku seperti penelitian deskriptif. Namun demikian, agar tidak
terlampau sulit memahaminya, Penulislebih suka membuat pilihan, bisa gunakan
yang agak konvensional baku juga sepertiyang akan dipaparkan berikut.
Langkah pertama, pada “latar belakang
penelitian” dikemukakanlah mengenaiadanya sesuatu fenomena yang “menarik”
(misalnya–dalam contoh di atas–adanya produk teknologi internet baru yang
sangat penting untuk dunia pemasaran). Contoh laindalam pendidikan adalah
adanya gerakan baru dalam manajemen sekolah (untuk saat inimisalnya adanya
ISOnisasi, SBN-isasi, SBI-nisasi). Konsep atau ide tentang ISO, SBN,SBI mungkin
bisa dirujuk dari literatur atau aturan/pedoman tertentu. Pelaksanaannya
dilapangan seperti apa, itu yang benar-benar belum ada rujukan tentangnya. Ini
sebagaicontoh, dalam kenyataan sekarang tentu sudah ada beberapa penelitian
tentangnya. Jadi,anggap ISO,SBN, SBI sebagai ide yang benar-benar baru.
Selanjutnya, langkah kedua, dimuncul kanlah
pertanyaanpenelitian”(permasalahan penelitian) yang dinyatakan sebagai “rumusan
masalah” (dalam kalimattanya), misalnya, mengacu contoh di atas, “Seperti
apakah sosok teknologi internet barutersebut dan seberapa besar tingkat
kemanfaatannya untuk pelaksanaan pemasaran?”Atau, “Bagaimana sekolah
melaksanakan upaya untuk mencapai standar sekolahnasional/internasional?”
(Kasus SBN dan SBI). Atau “Bagaimana sekolah merancangdan mengelola program
untuk memberikan layanan prima kepada para pemangkukepentingannya?” (Kasus:
ISO).Pertanyaan penelitian tersebut hanya berkaitan dengan aspek “what”
dan/atau“how” sesuatu yang diteliti (isu, problem) . Jadi, dengan kata lain,
tidak mengenai “why”(sebab-akibat).Langkah berikutnya (berdasarkan langkah
penelitian “baku”) adalah merumuskantujuan penelitian. Tentu saja tujuannya
adalah “mengetahui (secaramendalam/”understand”) mengenai sesuatu
(topik/masalah) tersebut, untuk kemudian“mendeskripsikannya”. Dengan kata lain,
rumusannya boleh berupa “(untuk)mengetahui ….” atau “(untuk) mendeskripsikan …”
“Untuk mengetahui” berdasar padaawal penelitian yang mulai dari
“ketidaktahuan”, sementara “Untuk mendeskripsikan” berdasar pada nantinya hasil penelitian akan
dilaporkan seperti apa (dalam ujud tipe pelaporan yang bagaimana).
Langkah berikutnya, menelaah berbagai
literatur (jika dipandang perlu–umumnya perlu) untuk mendapatkan gambaran
umum mengenai sesuatu (objek penelitian)tersebut, terutama untuk mempertegas
memperjelas “konsep-konsep” (istilah, sebutan)yang berkaitan dengan sesuatu
tersebut. Misalnya mempertegas memperjelasmakna/pengertian/definisi sebutan
(konsep) ISO/TQM, sekolah berstandar nasional/internasional, dan yang
terkait dengannya.Langkah berikutnya menjelaskan bagaimana penelitian itu akan
dilakukan(metode, prosedur, atau desain penelitian), yaitu penetapan sumber
data/informasi(subjek/responden/narasumber penelitian), serta penggunaan teknik
pengumpulan dananalisis data yang akan digunakan.Itu jika berupa proposal. Jika
suda dilakukan diubah jadi bagaimana penelitian(dalam hal ini pengumpulan data)
dilakukan.Langkah terakhir, jika sudah meneliti, adalah menganalisis data yang
diperoleh.Ambil contoh permasalahan mengenai apa saja upaya yang dilakukan
sekolah agar menjadi sekolah berstandar internasional. Data diperoleh
dengan wawancara terhadapnarasumber. Informasi (data) dari narasumber (semua
narasumber) itu diolah (samadengan analisis) menjadi simpulan umum apa saja
upaya yang dilakukan. Tentu harusdikelompok-kelompokkan sesuai dengan temuan
yang diperoleh. Misalnya mengenaiupaya menjalin kerja sama dengan lembaga
pendidikan luar negeri, upaya membina(membentuk) komitmen seluruh wearga
sekolah untuk menjadi SBI, upaya memperolehdana sumber dana, upaya meningkatkan
profesionalisem staf sekolah, upaya memenuhi persyaratan fasilitas, upaya
meningkatkan KBM/PBM, dan sebagainya
4. Langkah murni
eksplorasi
Penelitian eksploratori (eksploratif),
sesuai dengan namanya, merupakan penelitian penggalian, menggali untuk
menemukan (konsep atau masalah). Jadi, karena bersifat menggali
(betul-betul mengeksplorasi), maka sebenarnya tidak ada langkah yang baku.
Lakukan saja penggalian, lalu seleksi segala macam yang tergali itu,
temukan bulir-bulir yang bernas, yang bermakna daripadanya.Ibaratkan
seperti orang mencariemas. Gali saja pasir-pasir dan tanah, lalu ayak, dan
buang yang bukan emas, ambil yangemas.Jika cara ini yang dilakukan, bisa jadi
(andaikata berkenaan dengan mahasiswa),mahasiswa dan dosen pembimbingnya akan
bingung karena di luar langkah-langkahkonvensional seperti dicontohkan di atas.
Kan tidak semua dosen paham sepenuhnyametodologi penelitian. Sudah terbiasa
dengan “pola kuantiatif positivistik” pula.Contoh:Sebuah yayasan pendidikan
melakukan terobosan baru dalam pelaksanaan pendidikan.Murid-murid (yang disebut
murid) tidak diberi pelajaran di kelas oleh guru yang berceramah. Murid
diajak bermain-main dengan alam. Semua belajar dengan dan darialam. Berbahasa
dengan alam, bermatematika dengan alam, berIPA dengan alam, berIPSdengan alam,
berPKn dengan alam, berKertakes dengan alam, berolah raga dengan alam.Pokoknya
segala macam materi “skolastik” (pelajaran sekolah) dipelajari di, dengan,
danlewat alam. Tidak ada ceramah dari guru, tidak ada ulangan dan ujian. Lalu,
apa ukurankeberhasilan “bersekolah”-nya? Bagaimana pula murid-murid itu
belajar, dan bagaimanaguru mengajar?Kan sebetulnya tertemukan juga pola
(langkah) penelitiannya, walau benar-benar akan eksploratif.Pertama, ada
sekolah alam yang tidak sama dengan sekolah alam yang sudah ada.Itu latar
belakangnya (ketidaksamaan dengan sekolah manapun).
Kedua, dipertanyakan banyak hal
(menurut ukuran konvensional sistem sekolah): pelajarannya apa saja,
gurunya mengajar bagaimana, muridnya belajar bagaimana,evaluasinya bagaimana,
sarana-prasarana apa saja, dan sebagainya. Itu permasalahan penelitian
(rumusan msalah).Ketiga, mengapa diteliti? Apa tujuannya? Rumusannya:
Mengetahui seluk beluk “sekolah alam” tersebut.Keempat, menelaaah
literatur. Olah data, ceritera singkat gambaran umum, butir-butir pentingsaja,
jangan semua hal dimasukkan (“reduksi” atau penyaringan data di kepala saja,
tak usah diceriterakan data yang dibuang dan data yang dipakai).
Kelompokkan menurutyang lazim ada sebagai komponen sistem pendidikan (gurunya,
muridnya,kurikulumnya, sarana dan prasarananya, KBM-nya, dsb).Misal: Siapa saja
yang menjadi guru (latar belakang pendidikan, bagaimana“dilatih” untuk
belajar-mengajar di, dengan, dan lewat alam, bagaimanamengembangkan
profesionalismenya sebagai pendidik, dsb). Siapa saja yang menjadimurid, dari
kalangan orang tua yang seperti apa, bagaimana gairah
belajarnya, bagaimana (seperti apa) pengetahuan yang dimilikinya,
bagaimana daya nalarnya, bagaimana kemampuan “meneliti alam” yang
dikuasainya, dsb. Dan aspek lainyadigambarkan seara ringkas, padat, mencakup,
dan komunikatif.Contoh Penelitian Eksploratori (Eksploratif).
Ketika isu sertifikasi profesi muncul
ke permukaan, apa yang dimaksudkandengan sertifikasi itu saja masih
diperdebatkan orang. Sebagian punya pemahamantertentu, sebagian lain punya
pemahaman lain lagi. Siapa yang melakukan sertifikasi juga macam-macam
pandangan, ada yang harus si empunya pendidikan akademik terkait,ada yang
memandang itu bagian asosiasi profesi, ada yang memandang
dilakukan bersama-sama. Itu yang muncul di media masa dan ceritera dari
mulut ke mulut, ada yang berupa artikel ada pula berita para pejabat.
Salah satu jabatan profesi adalah
pustakawan. Menarik karenanya untuk digali(dieksplor) pemahaman pustakawan dan
tenaga perpustakaan mengenainya. Itu yang sayalakukan sekian tahun yang lalu.
Pustakawan yang dijadikan sampel sekedar memperoleh dari berbagai lembaga
(UNY, IAIN/UIN Sunan Kalijaga, UII, dan beberapa sekolah). Tidak banyak,tapi
cukup memberikan gambaran ragam pendapat mengenainya. Pertanyaan diajukan
agak terstruktur lewat angket semi terbuka. Ada tambahan pendapat atau
pandangan yang bolehdituliskan sebagai jawaban atau opini di luar yang
dituliskan dalam angket. Laporannya(deskriptif, kuantitatif hitung-hitung
persentase yang berpendapat begini begitu) jadilah sebagaimakalah seminar “Ilmu
Pendidikan” di UPI Bandung.
Penelitian Pengembangan (developmental )
Seiring dengan diberlakukannya
kebijaksanaan otonomi daerah pada awal tahun2001, maka tuntutan akan penelitian
yang hasilnya langsung dapatdimanfaatkan/diterapkan oleh masyarakat/daerah
semakin terasa. Hal ini berkaitandengan sinyalemen yang menyatakan bahwa pada
saat ini terdapat kesenjangan antara penelitian yang dilakukan oleh
perguruan tinggi (yang kebanyakan berorientasi pada penelitian dasar untuk
mengembangkan teori), dengan kebutuhan masyarakat terhadap penelitian yang
hasilnya langsung dapat dimanfaatkan
Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut, maka jenis penelitian pengembangan(research and
development) merupakan jawaban yang tepat. Hal ini karena penelitian
Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang (UNM).
pengembangan bukanlah penelitian yang
dimaksudkan untuk menemukan teori,melainkan penelitian yang bertujuan untuk
menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Produk dalam kaitannya
dengan pendidikan dan pembelajaran bisa berupakurikulum, model, sistem
managemen, sistem pembelajaran, bahan/media pembelajarandan lain-lain. Dengan
dihasilkannya berbagai produk pendidikan/ pembelajaran, maka pihak-pihak
yang berkepentingan tinggal menerapkan produk produk tersebut dalamkegiatan pendidikan/pembelajaran.Untuk
mengembangkan produk-produk pendidikan/pembelajaran, perlu ditempuhmelalui
sebuah pendekatan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar produk-produk
yangdihasilkan merupakan produk yang layak untuk dimanfaatkan dan benar-benar
sesuaidengan kebutuhan
A.
Hakekat
Penelitian Pengembangan
Untuk lebih memahami hakekat dari
jenis penelitian dan pengembangan (research anddevelopment) perlu dikemukakan
tiga hal yang saling berkaitan dan berhubungan satusama lain dalam upaya
pemecahan masalah-masalah pendidikan/pembelajaran. Tiga hal tersebut adalah
penelitian (research), evaluasi (evaluation), Dan pengembangan(development).
Gephart menjelaskan tentang tiga hal tersebut bahwa proses penelitiantujuannya
untuk menemukan/mengetahui sesuatu (need to know), proses
evaluasi bertujuan untuk menentukan pilihan (need to choose), dan proses
pengembangan bertujuan untuk menemukan suatu cara/metode yang effektif
(need to do) Perlu penulisditambahkan di sini bahwa dalam evaluasi terkandung
kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan informasi tentang sesuatu hal
yang bersifat ilmiah, yang dapat dijadikandasar dalam pengambilan
keputusan.Asim menjelaskan bahwa: “Kalau kita ingin membuat atau menemukan
suatu teori,maka perlu melakukan penelitian, ingin mengetahui apakah sesuatu
itu baik atau buruk, perlu melakukan evaluasi dan kalau ingin memproduksi
atau memperbaiki sesuatu maka perlu melakukan penelitian pengembangan”.
Setelah diperoleh gambaran tentang
perbedaan ketiga hal tersebut, selanjutnya apa yangdimaksud dengan penelitian
pengembangan. Borg and Gall memberikan batasan tentang penelitian
pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan.
. Pengertian yang hampir samadikemukakan
oleh Asim bahwa penelitian pengembangan dalam pembelajaran adalah proses
yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yangdigunakan
dalam proses pembelajaran
Suhadi Ibnu memberikan pengertian
tentang penelitian pengembangan sebagai jenis penelitian yang ditujukan
untuk menghasilkansuatu produk hard-ware atau soft-ware melalui prosedur yang
khas yang biasanyadiawali dengan need assesment, atau analisis kebutuhan,
dilanjutkan dengan proses pengembangan dan diakhiri dengan evaluasi
Dari berbagai pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa penelitian pengembangan di bidang pendidikan
merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuanuntuk menghasilkan produk-produk
untuk kepentingan pendidikan/pembelajaran yangdiawali dengan analisis kebutuhan
dilanjutkan dengan pengembangan produk, kemudian produk dievaluasi
diakhiri dengan revisi dan penyebaran produk (disseminasi).
B.
Kegiatan-kegiatan
Penting Dalam Penelitian dan Pengembangan
Dwiyogo
mengemukakan tiga hal penting yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan penelitian pengembangan yaitu menganalisis kebutuhan,
mengembangkan produk danmenguji coba produk .
Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Ibnu , namun menurutAsim, ketiga langkah tersebut masih perlu dilengkapi
langkah yang keempat, yaitudiseminasi (penyebaran) produk.
•
Analisis
Kebutuhan (Need Assesment)
Analisis Kebutuhan (Need Assesment)
merupakan langkah awal yang harusdilakukan dalam kegiatan penelitian di bidang
pengembangan. Analisis tersebutdimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan apa saja
yang diperlukan guna mengatasimasalah yang ditemui dalam kegiatan
pendidikan/pembelajaran. Dengan demikiandiharapkan produk yang dihasilkan
benar-benar produk yang sesuai dengan kebutuhan(based on need).Kaufman
menjelaskan bahwa kebutuhan pada hakekatnya merupakankesenjangan (gap) antara
keadaan yang seharusnya (ideal) dengan kenyataan yang ada.Sebagai contoh untuk
menyiapkan peserta didik yang lulusannya siap bersaing di arenaglobal setiap
sekolah di Indonesia seharusnya diberikan fasilitas untuk bisa akses
keinternet.Sedangkan kenyataanya baru sekolah di kota-kota besar saja yang
dilengkapifasilitas internet. Dengan demikian fasilitas untuk bisa akses ke
internet merupakankebutuhan (need) bagi setiap sekolah di Indonesia. Kebutuhan
dalam konteks pendidikan/pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam yaitu
kebutuhan yang langsungdirasakan oleh peserta didik, kebutuhan yang dirasakan
oleh pihak-pihak lain (misalnya para pakar bidang pendidikan dan pembelajaran,
para guru, pemerintah, masyarakat danlain-lain), dan kebutuhan yang ingin diterapkan
karena adanya sumber-sumber pendukung
setempat.
Namun demikian kebutuhan bisa juga
merupakan perpaduan dariketiga hal tersebut. Oleh karena itu dalam pengumpulan
data untuk kepentingan analisiskebutuhan di samping meminta masukan secara
langsung dari calon peserta didik yangakan menjadi sasaran, juga perlu meminta
masukan dari pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya. Sebagai contoh
ketika Pustekkom melakukan studi tentanganalisis kebutuhan Diklat bagi
guru-guru SD melalui Siaran Radio Pendidikan (Diklat-SRP), di samping meminta
masukan langsung dari para guru yang bersangkutan jugameminta masukan dari
pemerintah (Direktur Ditgutentis, Direktur Ditdikdas, ParaKepala Bidang
Dikdasgu) para pakar/pengamat bidang pendidikan, para kepala SD, serta para
tokoh PGRI.
Contoh lainnya, ketika banyak terlihat
adanya fenomena kemerosotan moral dikalangan warga masyarakat seperti narkoba,
perampokan, pemerkosaan, tawuran antar pelajar, perkelahaian antara
warga, pertikaian antar etnis dan lain-lain maka pemerintah(Depdiknas) dan para
pakar pendidikan/pembelajaran merasakan adanya suatukebutuhan akan bentuk/
model pendidikan moral (budi pekerti) yang cukup menarik efektif dan
efisien.
Mengembangkan Produk Pada langkah
ini, produk yang akan dimanfaatkan dalam kegiatan pendidikan/pembelajaran
harus dikembangkan lebih dahulu. Untuk mengembangkan produk tersebut
diperlukan keterlibatan dari berbagai pakar. Sebagai contoh bila kitaingin
mengembangkan program-program pendidikan Budi Pekerti bagi anak-anak usiaSD
melalui TV, diperlukan keterlibatan banyak pakar seperti pakar pendidikan,
pakar media pembelajaran, psikolog, pakar komunikasi, ahli ceritera
anak-anak, para praktisi produksi media televisi dan lain-lain, agar
program tersebut menarik untuk ditonton dansekaligus pesan moralnya dapat
diserap oleh pemirsanya. Tentu hal ini akanmembutuhkan kemampuan managerial
yang cukup tinggi serta biaya yang tidak sedikit,namun jika kita mengingat akan
dampak (jangka panjang) yang akan ditimbulkan yaitu pembentukan kharakter
dan perbaikan moral bangsa (nation and character building) ,tentu hal ini
tidaklah mahal. Di samping itu mengingat kemampuan media televisi yangsangat
luar biasa dalam mempengaruhi sikap dan perilaku pemirsanya dan dalam waktuyang
bersamaan dapat ditonton oleh sejumlah orang yang tidak terbatas jumlahnya,
makahal tersebut secara teoritis menjadi tidak mahal, bahkan boleh dikatakan
sangat murah.
•
Ujicoba
Produk Produk
pendidikan/pembelajaran yang telah
dihasilkan sebelum dimanfaatkansecara massal perlu dievaluasi terlebih dahulu
yaitu dengan diujicobakan. Ujicoba inidimaksudkan untuk memperoleh
masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan.
Berdasarkan masukan-masukan dan koreksi tersebut, produk
tersebutdirevisi/diperbaiki.
kedua dinyatakan hipotesis alternatif
tidak terbukti kebenarannya, maka berati hipotesis nolyang diterima. Dengan
telah diambilnya hasil pengujian mengenai penerimaan atau penolakan
hipotesis maka berati analisis statistik telah selesai, tetapi perlu diingat
bahwa pelaksanaan penelitian masih belum selesai, karena hasil keputusan
tersebut masih harusdiberi interprestasi atau pemaknaan.Hasil analisis dari
pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual, untuk
ituselanjutnya perlu diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan
sering kali hasil pengujian hipotesis penelitian didiskusikan atau dibahas
dan kemudian ditarik kesimpulan.Dalam penelitian dipastikan seorang peneliti
mengharapkan hipotesis penelitiannya akanterbukti kebenarannya. Jika memang
demikian yang terjadi, maka kemungkinan pembahasanmenjadi tidak terlalu
berperan walaupun tetap harus dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika
hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji, yaitu ditolak, maka peranan
pembahasanmenjadi sangat penting, karena peneliti harus mengekplorasi dan
mengidentifikasi sumber masalah yang mungkin menjadi penyebab tidak
terbuktinya hipotesis penelitian. Akhirnyadalam kesimpulan harus mencerminkan
jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Jangansampai antara masalah penelitian,
tujuan peneltian, landasan teori, data, analisis data dankesimpulan tidak ada
runtutan yang jelas. Apabila penelitian mengikuti alur atau
sistematika berpikir yang runut seperti itu maka penelitian akan dapat
dikatakan telah memilikikonsistensi dalam alur penelitiannya.Sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa program bimbingan difokuskan pada tiga jeniskarya
ilmiah, yaitu penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan penelitian
tindakan kelas.Dalam kaitannya dengan penilaian angka kredit guru terhadap
penulisan karya ilmiah, makasalah satu kriteria karya tulis ilmiah adalah Asli,
Perlu, Ilmiah, dan Konsisten
Jadi yang perlu diperhatikan
bahwa karya tulis ilmiah tersebut harus asli buatan sendiri (bukan dibuatorang
lain), perlu atau bermanfaat untuk pengembangan profesi guru, ilmiah dalam
artisesuai kaidah keilmuan dan penulisan ilmiah, serta konsisten dalam hal
bidang yang diteliti,yang diantaranya meliputi kesesuaian dengan tugas guru
yaitu bidang pendidikan khususnya pembelajaran, dan sesuai dengan latar
belakang guru yang bersangkutan.
Sehubungan dengan kriteria di atas,
maka yang berkaitan dengan nilai kemanfaatanadalah keharusan adanya tindakan
yang bermanfaat atau upaya yang dilakukan oleh guruuntuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Dengan demikian, jenis karya tulis ilmiah yangsesuai dengan
kriteria tersebut adalah jenis penelitian tindakan kelas dan
penelitianeksperimen. Dengan demikian meskipun jenis penelitian deskriptif
diperbolehkan, namuntetap harus memiliki nilai manfaat untuk pengembangan
profesinya. Jadi tidak boleh hanya penelitian yang sifatnya
mendeskripsikan kejadian yang ”biasa” terjadi, misalnya (yang banyak
ditulis dan ditolak/tidak diberikan angka kredit) : Hubungan Antara
KondisiEkonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa, Kaitan antara Kurikulum
denganMotivasi Belajar Siswa, Peranan Perpustakaan Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa,dan sejenisnya. Penelitian tentang hal itu memang termasuk
penelitian yang bersifat ilmiah,tetapi kurang bermanfaat dalam hal pengembangan
profesi guru. Agar penelitian deskriptif tetap memiliki nilai manfaat yang
tinggi maka materi yang diangkat sebaiknya tetap berupadeskripsi atau telaah
tentang tindakan yang dilakukan atau upaya yang telah dilakukan olehguru (si
penulis sendiri) untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Supaya lebih jelas di
sinidikutip pendapat Suhardjono dalam hal karya tulis ilmiah yang tidak
memenuhi persyaratan dalam hal kemanfaatan:”
(a) Masalah
yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan dengan permasalahanyang
berkaitan dengan upaya pengembangan profesi si penulis.
(b) Masalah
yang ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis
dalam peningkatan/pengembangan profesinya.
(c) Masalah
yang ditulis sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah
jelas jawabannya, kurang jelas manfaatnya, dan merupakan hal yang
mengulang-ulang.”Selain hal di atas, agar sebuah karya tulis ilmiah benar-benar
meyakinkan bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan, maka harus
dilampirkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitan seperti instrumen
(pedoman wawancara, pedoman observasi,angket, test hasil relajar dll), contoh
hasil kerja siswa, data hasil penelitian, print-outanalisis, daftar hadir, ijin
penelitian, serta bukti lain yang dipandang perlu.
7. Penelitian Ekonomi
Sebenarnya dalam perekonomian yang
ada, Indonesia telah memenuhi kriteriayang telah menjadi pedoman dalam
penulisan hasil penelitian. Penelitian dalam bidangekonomi sebanarnya sama
denhan penelitian pada bidang ilmu yang lainnya seperti pendidikan yang
mengacu pada sains, dan pada ekonomi ini di bidang akuntasi dan gradulate
management yang mana kita diajarkan bagaimana mengatur dan
mengelolatingkatan dalam akuntan dan perbankan.Pada masa sekarang , ekonomi di
Indonesia telah maju dan memiliki beragamcara,kita pernah bahkan faham tentang
ekonomi syari’ah yang berpegang teguh padaajaran – ajaran Islam (fiqh
muamalah). Walaupun demikian ,Negara kita bukanlah Negara Islam sehingga
masih bergantung pada sistem Negara yaitu pada hal ini
Bank Indonesia.Penelitian yang digunakan biasannya pada masalah harga
pasar , pemasaran ,saham , suku bunga , inflasi dan lainnya. Permasalahan
seperti ini ,maka perlu dikajilebih dalam dengan penelitian . Bagaimana
prosedur dari penellitian ini? Sama halnyadengan penelitian pendidikan, yang
membedakan adalah pada objeknya yaitu: nominal and value.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah adalah titik tolak dari setiap
kegiatan penelitian,sebab bagi seorang peneliti ’masalah’ merupakan undangan
untuk melakukan penelitian. Secara umum pengertian masalah adalah kesenjangan
yang terjadi antara harapan dengan kanyataan. Sedangkan dalam penelitian,
masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa
yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan
pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaannya dan yang sejenis dengan itu.
Dalam bidang kesehatan atau
kedokteran,masalah tersebut sangat banyak dan kompleks,dan bahkan tidak
terbatas. Meskipun masalah penelitian itu selalu ada dan banyak,tetapi belum
tentu mudah mengangkatnya sebagai masalah penelitian. Untuk dapat mengangkat
masalah-masalah kesehatan tersebut menjadi masalah penelitian diperlukan
kepekaan penelitian.
Dalam melakukan penelitian,pertanyaan yang
pertama-tama harus dijawab adalah memilih masalah apa yang layak untuk
diteliti. Dan membedakan antara pernyataan masalah penelitian (problem
statement) dan pertanyaan penelitian (research question).
Jenis-jenis penelitian sangat beragam
macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki
oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian
yangdiungkapkan. Namun demikian, jenis penelitian secara umum dapat digolongkan
sebagaimana yang akandipaparkan berikut ini.
•
Jenis
Penelitian Menurut Tujuan
Jenis penelitian menurut tujuan terdiri
dari:
a.
Penelitian
Eksploratif
Jenis penelitian eksploratif, adalah
jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatuyang baru. Sesuatu yang
baru itu dapat saja berupa pengelompokkan suatu gejala, fakta, dan
penyakittertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
b.
Penelitian
Pengembangan
Jenis penelitian pengembangan bertujuan
untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan.Misalnya: penelitian yang meneliti
tentang pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun.
c.
Penelitian
Verifikatif
Jenis penelitian ini bertujuan untuk
menguji kebenaran suatu fenomena. Misalnya saja,masyarakat mempercayai bahwa
air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit.Fenomena ini harus
dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang air tersebut
mengandungzat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata.
•
Jenis
Penelitian Menurut Waktua)Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal adalah
penelitian yang dilakukan dengan ciri: waktu penelitian lama,memerlukan biaya
yang relatif besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu,
dandipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian
ini secara umum bertujuanuntuk mempelajari pola dan urutan perkembangan
dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan
waktu. Jenis penelitian ini sering digunakan pada penelitian
lingkupEpidemiologi dengan beberapa rancangan yang khas, seperti kohort,
cross-sectional, dan kasus kontrol.
a.
Kohort
Penelitian kohort sering juga disebut
penelitian Follow up atau penelitian insidensi, yang dimulaidengan sekelompok
orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam
sub-kelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial
terjadinya penyakit atau outcome
Penelitian kohort memberikan informasi
terbaik tentang penyebab penyakit dan pengukurannyayang paling langsung tentang
resiko timbulnya penyakit. Jadi ciri umum penelitian kohort adalah:a. dimulai
dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan. b.melakukan pencatatan
terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.c.dimungkinkan
penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi.d.peneliti
hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan
sengajamengalokasikan paparan.Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu
periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan
prospektif, tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti
maumengadakan penelitian.Rancangan penelitian kohort prospektif, jika paparan
sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya.
Rancangan kohort retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti
memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian
prospektif historik.
b) Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian)
Penelitian lintas-bagian adalah
penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh karena ituseringkali disebut
sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit secara serentak padaindividu dari populasi tunggal pada satu saat atau
periode tertentu.Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk
dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang
terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal
dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang
pelayanan kesehatandari populasi tersebut. Instrumen yang sering digunakan
untuk memperoleh data dilakukan melalui:survei, wawancara, dan isian kuisioner.
• Jenis Penelitian Menurut Bidang Ilmu
-
Pendidikanii.
-
Ekonomi
B. SARAN
Dalam melakukan suatu kegiatan penelitian
hendaknya terlebih dahulu melihat apa yang menjadi masalah dari penelitian
tersebut
terima kasih
BalasHapus