MAKALAH
KOKMUNIKASI KESEHATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SANRISE PRAMANA
NIM : 1111192570
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
membutuhkan interaksi antara satu dengan yang lain. Alat interaksi itu secara
akumulatif lazim disebut ‘komunikasi’. Yaitu hubungan ketergantungan
{interdependensi} antar manusia baik secara individu maupun secara kelompok.
Karena itu di sadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian penting (urgent)
dari kehidupan manusia. Urgensitas komunikasi pada satu sisi bahkan menjelma
menjadi prasarat tersendiri dari keberadaan manusia sebagai mahluk
sosial.
Sementara pada sisi lain, para pakar
berkeyakinan bahwa sesungguhnya manusia telah berkomunikasi dengan
lingkungannya semenjak ia dilahirkan. Gerak dan tangis pertama tatkala manusia
menapak fase kelahiran sesungguhnya merupakan pertanda bahwa manusia telah
mulai dapat berkomunikasi. Ketika manusia telah dapat memfungsikan panca
inderanya secara sadar, saat itu pula membutuhkan perhatian dari lingkungan dan
manusia lain disekitarnya. Bahkan tak jarang, untuk mendapatkannya, manusia
mempergunakan berbagai cara.
Pada proses
komunikasi dengan menggunakan symbol/isyarat yakni pengirim pesan membuat kode
atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya
seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota
badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian
pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau
menunjukkan arah tertentu. Kalau konsep sistem dikaitkan dengan proses
komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin
dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integratif yang
saling bergantung satu sama lain.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini mengenai :
1.
Pengertian komunikasi,
2.
komuniksi sebagai simbolik dan
3.
komuikasi sebagai sistem.
C.
Tujuan
Tujuan khusus :
1. Mengetahui pengertian komunikasi
2. Mengetahui proses komunikasi sebagai simbolik
3. Mengetahui proses komunikasi sebagai system
Tujuan umum :
1. Mempelajari atau
mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku
seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4.
Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan
menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri
sendiri atau orng lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa Inggris communication
berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna. Komunikasi adalah sebuah
kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Dr. Evert Kleinjan
menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal manusia seperti halnya
bernafas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.
Untuk memahami
pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat
komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society (Struktur dan
Fungsi Komunikasi dalam Masyarakat). Lasswell mengatakan bahwa cara
yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma
Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator
(siapa yang mengatakan?)
2. Pesan
(mengatakan apa?)
3. Media (melalui canel/media apa?)
4. Komunikan
(kepada siapa?)
5. Efek (dengan
dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma
Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
B.
Komunikasi Sebagai Simbolik
Hampir semua pernyataan manusia baik
yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang
lain dinyatakan dalam bentuk simbol.
Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak
ditentukan oleh simbol atau
lambing-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.
Seorang penyair yang mengagumi
sekuntum bunga, akan mengeluarkan pernyataan lewat bahasa “alangkah indahnya
bunga ini”, ataukah seorang polisi lalu lintas yang tidak bias berdiri terus
dipersimpangan jalan, peranannya dapat digantikan lewat rambu-rambu jalan atau
lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Simbol
merupakan hasil kreasi anusia dan sekaligus menunjukan tingginya kualitas
budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Simbol dapat
dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui
isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi
arti oleh penerima, karena itu member arti terhadap simbol yang dipakai dalam
berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup
rumit.
Tujuan
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku
atau menunjukkan arah tertentu.
a. Komunikasi Verbal
1. Simbol atau
pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana,
2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan
untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a.
Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan
efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena
itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.
Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan
sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau
terlalu lambat.
c.
Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara
dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan
intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan
hambatan dalam berkomunikasi.
d.
Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan
stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat
bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.
Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan
secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih
mudah dimengerti.
f.
Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu
diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia
untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau
memperhatikan apa yang disampaikan.
Cansandra L.
Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan
agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi,
yaitu:
Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang
menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu
sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
Berhubungan dengan orang lain.
Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan
atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat
mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
Untuk
menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih
teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan
tujuan-tujuan kita.
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah
nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di
luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan
komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis
komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang
kita lakukan sehari-hari.
1. Klasifikasi pesan nonverbal
Jalaludin
Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
- Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh
kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976)
menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:
a.
Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang
menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk;
b.
Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau
lingkungan;
c.
Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi;
d.
Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan
sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk
mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan
adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada
diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di
depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat
bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila
postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
- Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
- Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
- Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
- Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima
sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan,
terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga
untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan
emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2. Fungsi pesan nonverbal
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin,
1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan
verbal:
1. Repetisi, yaitu
mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
2. Substitusi,
yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan
dengan mengangguk-anggukkan kepala.
3. Kontradiksi,
menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.
Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata
”Hebat, kau memang hebat.”
4. Komplemen,
yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda
menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
5. Aksentuasi,
yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
C.
Komunikasi Sebagai Sistem
Sistem berasal
dari bahasa Yunani, sistema, yang berarti suatu keseluruhan yang
tersusun dari sekian banyak bagian. Serupa dengan pendapat Shrode dan Voich,
Littlejohn(1999) mengartikan sistem sebagai seperangkat hal-hal yang saling
mempengaruhi dalam suatu lingkungan dan membentuk suatu keseluruhan (sebuah
pola yang lebih besar yang berbeda dari setiap bagian-bagiannya).
Sistem sering kali didefinisikan
sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya
saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran atau dengan
kata lain seperangkat komponen yang salin bergantung satu sama lain. Suatu sistem
senantiasa memerlukan sifat-sifat yakni meneluruh, saling bergantung,
berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif dan memiliki tujuan.
Menyeluruh berarti semua komponen
yang membangun sistem itu
merupakan satu kesatuan yang integrative yang tidak dipisahkan satu sama lain.
Oleh karena itu, dalam proses kerjanya semua komponen saling berinteraksi.
Saling bergantung berarti mengikuti
aturan permainan yang ada. Di sini sistem harus
melakukan control atau pengawasan terhadap berfungsi tidaknya semua komponen
itu dalam menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis.
Karena ia melakukan control terhadap
semua komponen yang mendukungnya, tidak ada
jalan lain kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemampuan adaptif dengan
mengandalkan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Artinya, jika
salah satu komponenya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis
tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti sistem
harus dilihat secara menyeluruh (totalitas) dan bukannya terpisah satu sama
lain.
Dari segi
bentuknya sistem dapat dibedakan atas du macam. Yakni sistem terbuka (open
system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah sistem
dimana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya,
sedangkan sistem yang tertutup adalah sistem dimana prosesnya tertutup dari
pengaruh luar (lingkungan).
Konsekuensi
sistem terbuka dan sistem tertutup dinyatakan oleh Bertlanfy (1963) bahwa
peristiwa yang banyak mendapat pengaruh dari luar (sistem terbuka) hasilnya
sering kali sulit di antisipasi, sedangkan sistem tertutup dapat diantisipasi
sebelumnya.
Kalau konsep
sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi
adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur yang mendukungnya
sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling bergantung satu sama lain.
Jadi, proses
proses tidak akan terjadi bilamana salah satu komponenya terabaikan. Pesan
tidak akan tercipta tanpa sumber, efek tidak aka ada tanpa pesan, umpan balik
ada karena adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya sumber.
Proses
seperti ni menciptakan suatu struktur yang sistematis dimana semua unsur atau komponen
yang saling berurutan, yakni sumber harus mendahului pesan dan pesan harus
mendahului saluran dan seterusnya. Perubahan struktur akan member pengaruh
jalannya sistem yang berjalan. Keterkaitan antara satu komponen dengan komponen
lainnya akan melahirkan suatu putaran umpan balik (feedback loops) dan hasilnya
merupakan kerja sama dari semua komponen yang ada (synergic).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah kegiatan
pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama
oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi.
Bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia.
Simbol dapat
dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui
isyarat-isyarat tertentu (non-verbal).
Komunikasi verbal (verbal
communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada
komunikan dengan cara tertulis atau lisan.
Komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya
digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap
dan tertulis.
Komunikasi sebagai sistem
dapat diartikan sebagai usaha memahami komunikasi dengan pendekatan sistem.
B. Saran
Dalam
menyampaikan informasi harus memperhatikan lawan bicara atau penerima
informasi, baik dari segi usia, pengetahuan, situasi dan kondisi waktu
penyampaiannya, agar dengan begitu pesan atau informasi yang kita sampaikan
mendapat balasan yang positif dan memusat.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana,
2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin
Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Onong Effendy,
1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Sutrimo, Sistem Komunikasi
Indonesia, hands-out, Fisip Unas, 2005
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertian-komunikasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar